BERPASTORAL DI TANAH MALIND KEUSKUPAN AGUNG MERAUKE

Bagikan kepada teman-teman anda ...

Pendahuluan

Sejak tahun 1905 Misi Katolik secara institusi/lembaga menginjakkan kaki di selatan Papua lebih khusus Merauke (Buti-Wendu). Masyarakat Marind menerima Yesus (Amai), lewat pewartaan para Misionaris Hati Kudus. Dari Merauke, tersebarlah berita keselamatan (injil) di selatan Papua (Asmat, Boven dan Mapi). Ada begitu banyak karya Misionaris Hati Kudus yang melekat dalam diri manusia Marind-Anim (manusia sejati), baik karya; pendidikan, kesehatan, penggembalaan dan pelatihan. Hal ini yang menjadi tuturan sejarah bagi masyarakat Marind dari generasi ke generasi. Saat ini, Misionaris telah pergi, mereka telah berhasil dalam karya pastoralnya, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan memanusiakan manusia Marind. Tentunya ada begitu banyak bibit yang telah ditabur oleh para Misionaris, buktinya adalah lahir para tenaga pastoral yang melanjutkan karya Misionaris. Lewat catatan para Misionaris akan sulitnya berpastoral di wilayah selatan Papua, menjadi acuan bagi  tenaga pastoral sekarang.

Dipanggil untuk menjadi seorang tenaga pastoral tidaklah mudah. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesulitan, baik medan yang menantang, karakter umat yang beragam dan situasional komunitasi yang dihadapi. Mengingat kegiatan berpastoral adalah karya penggembalaan. Yang mana, lewat pengukuhan, seorang tenaga pastoral mengemban tugas penggembalaan sejauh yang diharpakan oleh Gereja Lokal. Kesetiaan seorang tenaga pastoral teruji ketika ia harus hidup dan menyatu dengan umat yang digembalakan/dilayani.

Sejak ditugaskan oleh tarekat untuk berpastoral di tanah datar sejauh mata memandang, di ufuk timur nusantara, ya tepatnya di tanah Malind (Marind) Merauke Papua Selatan.  Pada tahun 2012, Saya diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan sebagai tenaga katekis-pastoral di Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke. Kurang lebih 4 (empat) tahun saya menyelesaikan pendidikan dan diwisudakan pada tahun 2016 dengan gelar Sarjana Pendidikan (SPd).  Ada begitu banyak kisah yang dialami dan dilalui. Ada canda dan tawa, ada sedih dan haru, ada suka dan duka. Semua menyatuh dalam diri, dan dibalut dalam nuansa kegembiraan yang sulit diterawang. Walaupun sulit, namun cinta yang menembus sekat-sekat pemisah, telah menjadi motivasi dan dasar pelayanan kepada mereka yang memerlukan pelayanan. Manusia Malind-Anim adalah subjek dalam pelayanan saya. Mereka terbagi dalam 3 (tiga) sub suku besar, yakni: Marind Dek/Pantai, Marind Kanum dan Marind Yeinan. Ketiga Sub Suku ini yang mendiami wilayah Merauke. Masyarakat Pinggiran Pantai (Marind Pantai), wilayah Darat (Kanum) pesisir Kampung Wasur menuju Sota, dan wilayah bukit Erambu-Bupul-Muting (Marind Yeinan). Selain 3 suku besar ini, ada juga Suku Marind Pulau (Kimam). Inilah gambaran wilayah pastoral dan karakter subjek pastoral yang saya layani.

Reksa Pastoral

Dalam tugas dan pelayanan, saya diberikan kesempatan untuk menjadi tenaga pastoral di Paroki Kristus Raja Mopah Lama. Paroki ini adalah salah satu dari 9 Paroki di wilayah Kevikepan Merauke. Paroki ini memiliki wilayah/stasi yang menjangkau 3 sub suku Marind yang disebutkan. Mulai dari wilayah Mopah (Marind Pantai) sampai wilayah Yanggandur-Sota (Kanum-Yeinan). Dengan jumlah stasi adalah 6 stasi.

  Ada begitu banyak karya dan pelayanan yang telah saya lakukan dalam tugas sebagai tenaga pastoral di wilayah Malind Kesukupan Agung Merauke, yakni:

  1. Penggembalaan sebagai bentuk pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid Kristus yang baik. 
  2. Penggembalaan sebagai pemberitaan firman Allah melalui pertemuan antar pribadi, kelompok kecil, walaupun juga dilakukan dalam khotbah dan liturgi. 
  3. Penggembalaan sebagai pelayanan yang berhubungan dengan sakramen. 
  4. Penggembalaan sebagai pelayanan penyembuhan, yaitu pelayanan rohani yang mengakibatkan penyembuhan fisik, dan lain-lain.
  5. Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan sosial dan pelayanan.
  6. Penggembalaan sebagai pelayanan dimana manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah. 
  7. Penggembalaan sebagai sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus (ilmu-ilmu humaniora) khususnya psikologi.
  8. Pastoral care pemeliharaan rohani dari golongan-golongan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral care untuk orang sakit. Di rumah sakit, mereka sudah  menerima perawatan secara jasmani.

    Selain itu, selama menempuh pendidikan di lembaga STK-Santo Yakobus Merauke, saya juga menjadi petugas Pastoral pada saat kegitan Asistensi Paskah dan Natal, serta wikend yang diselenggarakan oleh lembaga. Kegiatan-kegiatan ini menjadi syarat saat wisuda nanti. Dengan asistensi seorang tenaga Pastoral akan memiliki pengalaman guna menjadi bekal dalam tugas perutusannya dikemudian hari.

    Reksa pastoral yang saya jalani di Paroki Mopah Lama dan beberapa Paroki lain dalam Asistensi (Natal-Paskah), merupakan kegembiraan dan harapan saya. Mengingat mereka yang terlupakan, mereka yang menderita, merupakan penderitaan bagi Kristus juga (LG). Sebagai Murid Kristus, sudah layak dan pantas untuk melayani umat Allah di wilayah pinggiran, pedesaan dan pedalaman. Walaupun diterjang hujan dan badai, saya tetap siap melayani.

    Penutup

    Menjadi seorang tenaga pastoral bukan kebetulan atau keterpaksaan, tetapi lebih dari itu yakni sebuah panggilan. Panggilan Allah kepada mereka yang dipilih untuk menjadi saksi dan pemegang berita keselamatan. Tentu menjadi petugas pastoral tidaklah mudah, sehingga dengan berlandaskan pada doa dan ketekunan, menjadi spirit utama bagi seorang pewarta. Mengingat tenaga pastoral adalah ‘tim sukses Kristus’. Berbeda dengan tim-tim yang lain. Tidak ada tujuan duniawi (kekayaan)  yang diperoleh dari hasil sebagai tenaga pastoral, mungkin cacian, hinaan, bahkan kematian yang siap diterima oleh sang pewarta. Hal ini, menjadi boomerang bagi sekian banyak orang untuk mengentikan langkah menjadi tenaga pastoral.

    Harapan dari seorang tenaga pastoral adalah; menemukan jiwa-jiwa yang tersesat, jiwa-jiwa yang jauh dari Tuhan, sehingga mereka akan diantar kembali kepadaNya. Inilah tujuan utama dalam pewartaan. Tenaga pastoral dikuatkan dengan Sabda Tuhan dalam Matius 6:33-34 ‘carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu ditambahkan kepadamu’. Selain itu, Injil Lukas 10:20 ‘bersukacitalah karena namamu telah terdaftar di surga’.

    Dasar Firman ini, telah melebur dalam diri saya, sehingga dalam karya pastoral saya di Tanah Malind, berjalan dengan baik. Ada beberapa hal yang menguatkan diri saya apabila mengalami masalah, yakni:

    1. Selalu bertekun dalam doa; seorang petugas pastoral sebelum dan sesudah melayani, maka ia harus memiliki watu yang cukup dengan Kristus. Waktu itu digunakan sebagai wadah untuk berdialog dengan Tuhan yang telah memilihNya.
      1. Menghindari sifat sombong; kesombongan adalah kunci kehancuran dan akar permasalahan. Apabila seorang tenaga pastoral menganggap dirinya hebat, maka ia akan jatuh dalam karya dan pelayanan.
      1. Kembali pada Misi; lewat catatan Misionaris, saya meyakini sungguh akan tujuan yang hendak dicapai (penyelamatan jiwa), oreantasi pastoral saya adalah pelayanan dan bukan hal lain.

    Tiga hal ini, menjadi kunci keberhasilan saya dalam karya pastoral di tanah datar Malind Keuskupan Agung Merauke. Saya selalu merefleksikan perkataan dari pendiri tarekat (Mgr. Yohanes Aerts) ‘Demi Kristus raja Kita, jadilah’. Lewat permenungan ini, saya mengambil simpulan bahwa segalah sesuatu yang saya laksanakan hanya kepada Kristus yang telah menebus dosa-dosa saya. Sehingga segalah sesuatu yang telah saya rencanakan akan ‘terjadi’ sesuai dengan firmanNya.

    Oleh: Sr. Tarsisia Bauw, TMM