PER MARIAM AD JESUM
Kisah Seorang Novis TMM
SR. MATHEA WELERUBUN
Aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dan aku sangat mencintainya dengan
harapan bahwa suatu kelak akan menjadi pendamping hidup ku seumur hidup. Namun
ia yang aku cintai telah pergi mencintai wanita lain, aku sangat kecewa, sedih dan
berpengharapan bahwa kelak akan kembali kepada ku…semuanya sirnah ditelan bumi
karena telah terdengar kabar bahwa ia telah menjadi suami orang alias menikah
dengan pujaan hatinya. Aku kecewa, putus asah dan ingin mati rasanya…….!!! kini
tinggallah aku seorang diri dan tidak tahu kemana harus melangkahkan kaki ku,
mencari cinta sejati ku. Suatu ketika, aku berjalan menyusuri lorong demi lorong
kehidupan,,,tiba-tiba aku tersentak dan terperangah melihat sesuatu yang kelihatan dari
jauh samar-samar, aku mencoba untuk mendekat ternyata yang ku temui adalah
sepucuk surat cinta dari seorang pangeran yang sedang membuka hatinya bagi setiap
wanita yang mau dan siap menjadi pendamping hidupnya…dengan harapan bahwa bagi
siapa yang mau dan bisa merebut hatiku aku akan setia kepadanya seumur
hidupku…demikian seruan hati sang pangeran. Ketika aku membaca surat itu, aku sangat
bahagia dan berusaha semampu ku untuk menemui pangeran itu. Aku membuat surat
balasan dan menarunya ditempat yang sama. Hari demi hari ku lalui dengan satu
harapan bahwa surat ku akan mendapat balasan. Kini tibalah hari yang telah lama aku
merindukannya, surat cinta ku mendapat balasan ‘aku diterima menjadi permasyurinya’
senang…bahagia….sukacita meliputi hidup ku sepanjang hari. Pada tgl, 22 Oktober 2012
aku disandingnya. Ketika aku masuk dan mengalami kehidupan bersamanya,,,ternyata
sulit bagiku untuk menyesuaikan diri dengan segala aneka aturan yang ada, ternyata
tidak segampang yang aku pikirkan, banyak bebatuan yang tajam dan sulit untuk
dilewati,,,meski sang pangerang ada bersamaku untuk menghibur, menggendong dan
memanjakanku setiap waktu. Inikah yang namanya cinta sejati ?? hari demi hari
kulewati bersama,,,namun tak dipungkiri bahwa tantangan demi tantangan datang silih
berganti mencoba untuk memisahkan ku dari dirinya,,,ku akui bahwa sebagai insan
lemah aku tak mampu melangkah lagi meniti hari-hari bersamanya…namun dalam
kepasrahanku aku mencoba untuk terus bangkit walau tertatih, karena Dialah cinta
sejati ku. Aku berusaha dan berjuang maju terus melangkah hari demi hari karena
cinta sejati menuntut sebuah pengorbanan yang besar,,,dan pengorbanan menuntut
kesetiaan dan kesetiaan menuntut SALIB,,,maka NIAT HATIku adalah “Mengikuti Sang
Pangeran” dengan Senyuman Kasih lewat tugas dan pekerjaan ku walau badai
menerpah. Yesus Engkau Andalan ku.
By Sr. Vero TMM
Tanggal, 11 Maret 2013 tepat pukul 08.30 wit kami satu rombongan yakni : (Bapak Uskup,
Pater Joned Saputra Pr, Sr. Vero Lamere TMM dan om Alo Robubun sang motoris) melaju dengan
Speedboat 85 ‘kendaraan Uskup’ menuju ke Paroki-paroki di Wilayah Pantai Kasuari dalam rangka
kunjungan Pastoral oleh Yang Mulia Bapak Uskup Keuskupan Agats-Asmat, Mgr. Aloysius
Murwito OFM. Menurut rencana, kami akan bermalam di stasi Sagarei untuk pelayanan Misa disana,
tetapi itulah rencana manusia yang kadang kalah meleset dari apa yang sudah direncanakan….
Dalam perjalanan, kira-kira pukul 10.00 wit tiba-tiba speedboat mengalami gangguan mesin.
Sambil terapung-apung di sungai, motoris dibantu oleh pastor Joned kemudian memeriksa dan
membongkar mesin untuk mencari dimana letak kerusakan. Setelah selesai diperbaiki dan dibersikan
dari kotoran, mesin dipasang kembali dan akhirnya bisa berjalan meskipun tidak selancar seperti
semula. Menurut sang motoris, kemungkinan besar ada sesuatu yang tidak beres pada mesin tetapi
tidak tahu persis apa yang menyebabkan sehingga speedboat seperti tidak bertenaga. Dengan penuh
kesabaran, kami melaju ke kampung terdekat. Setibanya kami di kampung Warse, kami turun
kedarat dijemput oleh masyarakat dan menghantar kami menuju ke Jew (rumah bujang) untuk
beristirahat sebentar sambil menunggu mesinnya diperbaiki. Setelah dibongkar dan diperiksa dengan
seksama kemudian diperbaiki tetapi hasilnya sama ‘kata orang Jawa : ‘sami mawon’ akhirnya om Alo
sang motoris menelpon ke Agats supaya segera dibantu, puji Tuhan bahwa saat itu ada signal HP
sehingga komunikasi dengan pihak bengkel keuskupan berjalan lancar. Setelah menunggu sekitar 3
jam akhirnya tekhnisi keuskupan datang. Karena tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan
dengan menggunakan speedboat uskup, maka speedboat dibawa kembali ke Agats, sedangkan kami
harus menunggu di Warse. Karena perbekalan kami ada di speedboat, maka saat itu kami menumpang
di rumah Kepala Sekolah SD YPPK Warse. Disana kami bisa beristirahat sambil menikmati makan
siang dan malam berupa mie rebus (makanan faforit saat pastoral).
Warta Mediatrix Edisi Januari-April 2015 /Hal. 25
Pekerjaan yang paling membosankan adalah ‘menunggu’ dan kami menunggu dengan
penuh kesabaran, akhirnya tepat pukul 20.00 wit speedboat pengganti tiba di Warse. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan menuju Atsj dan berencana bermalam disana supaya esok hari bisa menuju
Sagarei. Dalam kegelapan malam hanya ditemani dan diterangi lampu speedboat dan senter super
terang milik pastor Joned Saputra Pr, kami melaju dengan kecepatan tinggi menuju Atsj yang
biasanya bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Kami melaju dalam kegelapan malam melewati
tanjung demi tanjung menuju Atsj. Kami mengalami kejadian aneh, dimana jalur yang begitu akrab
dengan kami tiba-tiba seperti asing dan membuat kami salah arah. Bukannya menuju Atsj, tetapi
speedboat malah mengarah ke Muara Sungai Siret yang pada saat itu mulai menampakkan keganasan
ombaknya. Karena semakin larut kira-kira jam 23.00, Bapak Uskup mengajak kami mencari tempat
yang aman dan tenang supaya bisa beristirahat, alias bermalam di hutan. Akhirnya kami masuk ke
sungai kecil dan mengikat speedboat di batang pohon. Kami bermalam, tidur beralaskan sandaran
kursi speedboat apa adanya sampai pagi, syukur kepada Sang Pencipta, meskipun sempat hujan deras
dan digoyang ombak, saat itu tidak ada gangguan nyamuk dan buaya, sehingga bisa tertidur walau
tidak senyaman dan seenak yang biasa tetapi tenang dan aman dalam naungan Kasih-Nya. Tepat
pukul 05.45 wit, kami kembali melaju dengan speedboat menuju Atsj, disana kami disambut oleh
Komunitas OSC Atsj yaitu : Fr. Ferdinand OSC, Pater Dedy OSC, Pater Anton OSC, dan Pater
Hary Knol OSC, dengan ramah kami diterima dan dijamu oleh mereka. Melihat gejala alam yang
tidak menentu, akhirnya Bapak Uskup memutuskan supaya kami kembali ke Agats karena beresiko
tinggi melanjutkan perjalanan ke Pantai Kasuari dengan kondisi cuaca yang sangat buruk. Tepat
pukul 10.00 wit, kami melaju dengan speedboat kembali ke Agats dan tiba dengan selamat tanpa
kekurangan suatu apapun walau dilanda ombak yang dasyat dan ganas, angin kencang dan panas
matahari yang semakin menyengat di kulit. Dormomoo and Tuhan Jesus sayang katong samua.
Sekilas info ketika berpastoral di Tanah Lumpur yang penuh Mutiara Indah…Agats,13 Maret 2013