Malaikat Kami

Bagikan kepada teman-teman anda ...

       Hidup adalah sebuah perjalanan di antara relasi-relasi. Sebagai orang Katolik, relasi-relasi
yang terjalin antar sesama anak Allah adalah relasi-relasi yang dibangun atas dasar kasih mesrah
yang merupakan cara hidup yang dituntut oleh Yesus sendiri. Relasi kasih itu hendaknya
dijalankan dengan setia, pertama-tama bukan supaya kita memperoleh keuntungan darinya, tetapi
lebih karena ketaatan kepada Allah dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Satu
tuntutan yang harus dipenuhi dalam kaitannya dengan hai itu adalah supaya kita tetap menjaga
relasi itu dengan baik demi keselamatan sesama manusia dan kemuliaan Allah. Karena
sesungguhnya Allah Tritunggal adalah sebuah Comunio atau relasi kasih itu sendiri.
Amanat di atas adalah salah satu dari sekian amanat yang dimandatkan atau yang kami
peroleh dari Sr. Teresa Da Costa TMM. Sebuah pelajaran hidup yang sangat berguna yang
diberikan oleh seorang yang tidak sedarah dengan kami tetapi yang selalu kami sapa Ibu.
Mama Suster atau Oma Suster Tere adalah seorang Ibu yang penuh kasih. Seperti seorang
ibu pada umumnya, beliau sangat mencintai kami anak-anaknya. Beliau mengusahakan apa yang
kami perlukan dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Beliau membangun
relasi dengan orang-orang baik yang peduli akan kehidupan sesamanya, semata-mata untuk kami
anak-anaknya. Beliau tidak mengingat dirinya atau dengan kata lain beliau melupakan dirinya
sendiri, untuk mengabdi Tuhan dalam diri anak-anak yang beliau asuh. Semua tindakan kasihnya
beliau lakukan dalam keserhanaan dan kerandahan hati. Beliau tetap hidup dalam semangat
kesederhanaan karena beliau tahu dengan sangat baik bahwa beliau hanyalah seorang abdi Tuhan
yang bekerja dan memperoleh kekuatan dari Tuhan dan sesama, sehingga beliau tidak memiliki
alasan apapun untuk memegahkan atau menyombongkan diri.
Mama Suster atau Oma Suster Tere juga merupakan seorang TMM sejati yang selalu ingat
akan saudari-saudarinya yang hidup di komunitas lain. Dalam keterbatasan dan
kesederhanaannya, beliau masih selalu menyempatkan diri untuk membantu sesama saudarinya
dengan memberikan sedikit dari apa yang beliau punya. Walaupun sedikit, yang terpenting
adalah kasih yang beliau sertakan dalam pemberian itu. beliau tidak pernah egois atau ingat diri
sendiri. Beliau juga sangat peduli akan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Para tetangga, para
pengurus RT dan RW, tukang becak, para pemungut sampah, dan orang-orang kecil lainnya
beliau perhatikan dan beliau salurkan kasih Tuhan melalui pemberian yang sederhana. Seperti
MGR. Joannes Aerts yang tidak ingat akan keselamatan dirinya sendiri, tetapi hidup untuk orang
lain, Mama Suster Tere pun melakukan hal yang sama. Dengan semua tindakan atau kenyataan
ini, beliau patut disebut sebagai Putri Joannes Aerts yang sejati.
Mama Suster atau Oma Suster Tere dalam menjalani misi Tarekat, beliau memperoleh
banyak tantangan dan kesulitan, baik dari orang lain maupun orang yang dekat dengannya.
Tetapi semuanya itu tidak menjadikannya putus asa dan patah semangat. Beliau memandang
semuanya itu sebagai salib yang Tuhan berikan padanya. Salib hidup yang jika dipanggulnya
dalam kesetiaan, akan mengantarnya kepada kemuliaan Tuhan. Salib itu semakin berat ketika
beliau harus menghadapi kenyataan bahwa sebuah penyakit ganas bersarang di tubuhnya. Tetapi
karena cinta kepada Tuhan, Tarekat, dan sesama, beliau tidak menyerah dan tetap berjuang.
Beliau juga tidak mau menyusahkan orang lain, sehingga penyakitnya itu beliau simpan dalam
hati dan beliau renungkan serta beliau terima sebagai salib.
Salib itu semakin berat dan semakin dekat dengan kemuliaan Tuhan ketika beliau harus
masuk ke Rumah Sakit guna melakukan operasi untuk mengangkat penyakitnya itu. operasi
dilakukan dua kali dengan kondisi yang tidak stabil. Setelah operasi kedua, beliau sempat
beristirahat di biara selama kurang lebih satu bulan dan kemudian dilarikan lagi ke ICU karena
kondisi yang semakin melemah. Selama seminggu beliau dirawat di RS sebelum akhirnya meliau
menghadap Tuhan dalam kemuliaan. Selama masa-masa sakitnya, beliau masih sempat
membantu banyak orang. Beliau juga memperoleh perhatian dari banyak orang. Hal ini
menunjukkan bahwa beliau adalah orang baik, orang sederhana, orang renda hati yang dekat
dengan sesama, mencintai sesama.
Beliau melakukan semuanya itu karena ketaatannya terhadap Tarekat sebagai bentuk
ketaatan kepada Tuhan dan penghargaan kepada sesama.
Banyak pelajaran-pelajaran baik yang kami anak-anaknya peroleh dari malaikat kami ini,
yakni ‘harus selalu mencintai Tuhan dan sesama’, ‘tidak ada orang yang hidup untuk dirinya
sendiri tetapi hidup untuk orang lain’, ‘tetap hidup sederhana karena Tuhanlah yang memberikan
segala yang kami perlukan melalui orang-orang baik yang mau membantu’, ‘tetap harus berjuan
walaupun situasi semakin sulit’, ‘tetap tersenyum dalam segala situasi” dan ‘harus tetap setia
mamanggul salib yang Tuhan berikan’.
Mama Suster atau Oma Suster adalah Malaikat yang Tuhan kirim untuk melayani anakanak yang Tuhan sendiri titip padanya. Beliau bagi kami adalah malaikat baik, ibu yang penuh
kasih, sahabat setia, teman perjalanan, penolong yang rendah hati, Suster yang sederhana,
manusia dengan senyum termanis, TMM setia, dan Putri Joannes Aerts sejati.


Senyum Itu Kini T’lah Tiada


Kepergianmu menorehkan sejuta goresan luka pada setiap dinding hati yang
mengenalmu.
Kami pun belum bisa memahami arti kepergianmu.
Perjalanan masih teramat panjang, namun engkau telah mengakhirinya dalam
dekapan penderitaan yang singkat.
Tuhan berada dalam dekapanmu dan engkau berada dalam dekapan-Nya kala
waktu merenggutmu dari dunia fana ini.
Senyum itu kini t’lah tiada.
Engkau pergi untuk selamanya dan tak’kan kembali lagi hingga kita bersua nanti
di keabadian.
Doakan kami selalu dalam tatapan sunyimu di hadapan sang Hakim.
Maafkan kami jika dalam tatap dan sapa, ada salah yang menyakitimu.
Pemilik senyum manis, bahagialah bersama Tuhan kita.
Tetaplah tersenyum dari surga-Nya untuk kami yang masih dalam peziarahan.
By. Fr. Jiro SVD