PER MARIAM AD JESUM
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bermartabat seperti yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan Bab XIII pasal 31 ayat 1-5. Pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang relevan dengan perkembangan IPTEK dan IMTAQ agar setiap Warga Negara Indonesia memiliki kecerdasan yang tangguh dalam setiap bidang pengetahuan. Hal tersebut di atas sangat berdampak bagi lulusan siswa SMP Naskat Maria Mediatrix dan juga belum dapat dirasakan oleh setiap anak bangsa secara merata dalam bidang pendidikan.
Salah satu masalah yang sampai saat ini sangat terasa adalah pada saat penyaluran siswa baru. Sekalipun sudah ada juknis dan juklak yang diturunkan oleh pihak dinas pendidikan untuk mengatur tata cara penyaluran siswa baru seperti sistem rayonisasi ditambah dengan rapat-rapat yang diadakan oleh MKKS namun masalah itu tidak dapat terselesaikan. Banyak siswa yang tidak dapat diterima di sekolah yang ditujui dengan alasan”Ruang belajar yang terbatas”. Dengan demikian pihak sekolah sibuk untuk berupaya agar siswa dapat diterima dengan berbagai cara yang diluar ketentuan yang berlaku.
Hal seperti di atas sangat berdampak bagi SMPNK MM yang berstatus sekolah swasta yang sulit sekali diterima di SMA/SMK yang berstatus negeri dengan berbagai alasan. Dengan kesulitan dan hambatan yang dihadapi setiap penyaluran siswa baru maka kepala sekolah berkonsultasi dengan ketua Yayasan Bintang Timur untuk membuka SMA Maria Mediatrix sebagai jawaban dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan berkat Tuhan dan doa Bunda Maria Pengantara, Yayasan Bintang Timur telah memiliki TK Maria Mediatrix I dan II, SD Naskat Maria Mediatrix I dan II, SMP Naskat Maria Mediatrix dan SMA Maria Mediatrix di tahun pelajaran 1994/1995. Dengan deikian maslah penyaluran siswa lulusan SMP Naskat Maria Mediatrix ke SMA Maria Mediatrix tidak lagi mengalami kesulitan. SMA Maria Mediatrix berdiri tanggal 04 September 1993 sehingga akan berulang tahun yang ke 30 pada tanggal 04 September 2023
Sesuai amanat pemerintah kepada Yayasan Bintang Timur sebagai mitra kerja dalam membangun, mengatasi kebodohan dan kemiskinan maka tercatat SMA Maria Mediatrix dapat bersaing dengan SMA Negeri maupun swasta yang berada di kota Ambon dan memiliki hak dan kewajiban membina dan mengembangkan pendidikan di lembaga ini sesuai harapan yang diembankan pemerintah sekalipun terbentur dengan minimnya dana operasional namun Yayasan Bintang Timur tetap memperjuangkan, mempertahankan, meningkatkan mutu pendidikan di SMA Maria Mediatrix Ambon.
Sejak berdirinya SMA Maria Mediatrix Ambon, banyak menerima siswa dari berbagai komunitas namun setelah kota Ambon dilanda konflik sosial maka komunitas yang ada saat ini hanya dari Kristen katolik dan Kristen Protestan.
Kendala biaya bukan merupakan tantangan bagi Tarekat Maria Mediatrix dan pemimpin SMA Maria Mediatrix Ambon saat ini, tetapi dengan animo dan cita-cita luhur untuk membangun budi pekerti luhur bagi anak-anak Tuhan inilah yang utama bagi Tarekat Maria Mediatrix Ambon dan personel yang ada pada SMA Maria Mediatrix Ambon. Kepemimpinan sebagai kepala sekolah sejak berdirinya SMA Maria Mediatrix Ambon sebagai berikut :
Sejak berdirinya SMA Maria Mediatrix Ambon, kehadiran siswa/siswi melonjak sangat banyak mengingat satu-satunya SMA Swasta yang baru mulai di buka di kecamatan Nusaniwe. Seiring perjalanan waktu, kota Ambon dilanda dengan konflik sosial, sekaligus dibuka sekolah negeri dan swasta lain di kecamatan Nusaniwe seperti SMA Negeri 10, SMA Negeri 6, SMA Negeri 12, SMA Swasta Ekumene, SMA Lentera, SMK Kesehatan, maka dampaknya adalah kehadiran siswa/siswi di SMA Maria Mediatrix sudah mulai berkurang sampai saat ini. Namun kami tetap yakin dan berjuang serta berpegang teguh pada animo masyarakat dan kepercayaan pada sekolah Swasta Katolik melalui perhatian dalam hal iman, karakter dan budi pekerti luhur juga prestasi akademik dan non akademik, kreasi seni dan tentu saja lulusan dari SMA Maria Mediatrix Ambon mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan dan cita-cita mereka, menjadi yang terbaik, berprestasi dalam profesi dan karier serta menjadi berkat bagi semua orang yang dilayani.
Besar harapan kami semoga sejarah dan latarbelakang berdirinya SMA Maria Mediatrix Ambon ini dapat dibaca, dipahami, sehingga dapat diketahui dan menjadi acuan bagi siapa saja yang berhati mulia dan memberikan kritik dan saran yang membangun serta motivasi dan apresiasi demi meningkatkan kualitas pendidikan pada sekolah ini.
PER MARIAM AD JESUM
Pendahuluan
Sejak tahun 1905 Misi Katolik secara institusi/lembaga menginjakkan kaki di selatan Papua lebih khusus Merauke (Buti-Wendu). Masyarakat Marind menerima Yesus (Amai), lewat pewartaan para Misionaris Hati Kudus. Dari Merauke, tersebarlah berita keselamatan (injil) di selatan Papua (Asmat, Boven dan Mapi). Ada begitu banyak karya Misionaris Hati Kudus yang melekat dalam diri manusia Marind-Anim (manusia sejati), baik karya; pendidikan, kesehatan, penggembalaan dan pelatihan. Hal ini yang menjadi tuturan sejarah bagi masyarakat Marind dari generasi ke generasi. Saat ini, Misionaris telah pergi, mereka telah berhasil dalam karya pastoralnya, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan memanusiakan manusia Marind. Tentunya ada begitu banyak bibit yang telah ditabur oleh para Misionaris, buktinya adalah lahir para tenaga pastoral yang melanjutkan karya Misionaris. Lewat catatan para Misionaris akan sulitnya berpastoral di wilayah selatan Papua, menjadi acuan bagi tenaga pastoral sekarang.
Dipanggil untuk menjadi seorang tenaga pastoral tidaklah mudah. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesulitan, baik medan yang menantang, karakter umat yang beragam dan situasional komunitasi yang dihadapi. Mengingat kegiatan berpastoral adalah karya penggembalaan. Yang mana, lewat pengukuhan, seorang tenaga pastoral mengemban tugas penggembalaan sejauh yang diharpakan oleh Gereja Lokal. Kesetiaan seorang tenaga pastoral teruji ketika ia harus hidup dan menyatu dengan umat yang digembalakan/dilayani.
Sejak ditugaskan oleh tarekat untuk berpastoral di tanah datar sejauh mata memandang, di ufuk timur nusantara, ya tepatnya di tanah Malind (Marind) Merauke Papua Selatan. Pada tahun 2012, Saya diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan sebagai tenaga katekis-pastoral di Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke. Kurang lebih 4 (empat) tahun saya menyelesaikan pendidikan dan diwisudakan pada tahun 2016 dengan gelar Sarjana Pendidikan (SPd). Ada begitu banyak kisah yang dialami dan dilalui. Ada canda dan tawa, ada sedih dan haru, ada suka dan duka. Semua menyatuh dalam diri, dan dibalut dalam nuansa kegembiraan yang sulit diterawang. Walaupun sulit, namun cinta yang menembus sekat-sekat pemisah, telah menjadi motivasi dan dasar pelayanan kepada mereka yang memerlukan pelayanan. Manusia Malind-Anim adalah subjek dalam pelayanan saya. Mereka terbagi dalam 3 (tiga) sub suku besar, yakni: Marind Dek/Pantai, Marind Kanum dan Marind Yeinan. Ketiga Sub Suku ini yang mendiami wilayah Merauke. Masyarakat Pinggiran Pantai (Marind Pantai), wilayah Darat (Kanum) pesisir Kampung Wasur menuju Sota, dan wilayah bukit Erambu-Bupul-Muting (Marind Yeinan). Selain 3 suku besar ini, ada juga Suku Marind Pulau (Kimam). Inilah gambaran wilayah pastoral dan karakter subjek pastoral yang saya layani.
Reksa Pastoral
Dalam tugas dan pelayanan, saya diberikan kesempatan untuk menjadi tenaga pastoral di Paroki Kristus Raja Mopah Lama. Paroki ini adalah salah satu dari 9 Paroki di wilayah Kevikepan Merauke. Paroki ini memiliki wilayah/stasi yang menjangkau 3 sub suku Marind yang disebutkan. Mulai dari wilayah Mopah (Marind Pantai) sampai wilayah Yanggandur-Sota (Kanum-Yeinan). Dengan jumlah stasi adalah 6 stasi.
Ada begitu banyak karya dan pelayanan yang telah saya lakukan dalam tugas sebagai tenaga pastoral di wilayah Malind Kesukupan Agung Merauke, yakni:
Selain itu, selama menempuh pendidikan di lembaga STK-Santo Yakobus Merauke, saya juga menjadi petugas Pastoral pada saat kegitan Asistensi Paskah dan Natal, serta wikend yang diselenggarakan oleh lembaga. Kegiatan-kegiatan ini menjadi syarat saat wisuda nanti. Dengan asistensi seorang tenaga Pastoral akan memiliki pengalaman guna menjadi bekal dalam tugas perutusannya dikemudian hari.
Reksa pastoral yang saya jalani di Paroki Mopah Lama dan beberapa Paroki lain dalam Asistensi (Natal-Paskah), merupakan kegembiraan dan harapan saya. Mengingat mereka yang terlupakan, mereka yang menderita, merupakan penderitaan bagi Kristus juga (LG). Sebagai Murid Kristus, sudah layak dan pantas untuk melayani umat Allah di wilayah pinggiran, pedesaan dan pedalaman. Walaupun diterjang hujan dan badai, saya tetap siap melayani.
Penutup
Menjadi seorang tenaga pastoral bukan kebetulan atau keterpaksaan, tetapi lebih dari itu yakni sebuah panggilan. Panggilan Allah kepada mereka yang dipilih untuk menjadi saksi dan pemegang berita keselamatan. Tentu menjadi petugas pastoral tidaklah mudah, sehingga dengan berlandaskan pada doa dan ketekunan, menjadi spirit utama bagi seorang pewarta. Mengingat tenaga pastoral adalah ‘tim sukses Kristus’. Berbeda dengan tim-tim yang lain. Tidak ada tujuan duniawi (kekayaan) yang diperoleh dari hasil sebagai tenaga pastoral, mungkin cacian, hinaan, bahkan kematian yang siap diterima oleh sang pewarta. Hal ini, menjadi boomerang bagi sekian banyak orang untuk mengentikan langkah menjadi tenaga pastoral.
Harapan dari seorang tenaga pastoral adalah; menemukan jiwa-jiwa yang tersesat, jiwa-jiwa yang jauh dari Tuhan, sehingga mereka akan diantar kembali kepadaNya. Inilah tujuan utama dalam pewartaan. Tenaga pastoral dikuatkan dengan Sabda Tuhan dalam Matius 6:33-34 ‘carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu ditambahkan kepadamu’. Selain itu, Injil Lukas 10:20 ‘bersukacitalah karena namamu telah terdaftar di surga’.
Dasar Firman ini, telah melebur dalam diri saya, sehingga dalam karya pastoral saya di Tanah Malind, berjalan dengan baik. Ada beberapa hal yang menguatkan diri saya apabila mengalami masalah, yakni:
Tiga hal ini, menjadi kunci keberhasilan saya dalam karya pastoral di tanah datar Malind Keuskupan Agung Merauke. Saya selalu merefleksikan perkataan dari pendiri tarekat (Mgr. Yohanes Aerts) ‘Demi Kristus raja Kita, jadilah’. Lewat permenungan ini, saya mengambil simpulan bahwa segalah sesuatu yang saya laksanakan hanya kepada Kristus yang telah menebus dosa-dosa saya. Sehingga segalah sesuatu yang telah saya rencanakan akan ‘terjadi’ sesuai dengan firmanNya.
Oleh: Sr. Tarsisia Bauw, TMM
Kisah Seorang Novis TMM
SR. MATHEA WELERUBUN
Aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dan aku sangat mencintainya dengan
harapan bahwa suatu kelak akan menjadi pendamping hidup ku seumur hidup. Namun
ia yang aku cintai telah pergi mencintai wanita lain, aku sangat kecewa, sedih dan
berpengharapan bahwa kelak akan kembali kepada ku…semuanya sirnah ditelan bumi
karena telah terdengar kabar bahwa ia telah menjadi suami orang alias menikah
dengan pujaan hatinya. Aku kecewa, putus asah dan ingin mati rasanya…….!!! kini
tinggallah aku seorang diri dan tidak tahu kemana harus melangkahkan kaki ku,
mencari cinta sejati ku. Suatu ketika, aku berjalan menyusuri lorong demi lorong
kehidupan,,,tiba-tiba aku tersentak dan terperangah melihat sesuatu yang kelihatan dari
jauh samar-samar, aku mencoba untuk mendekat ternyata yang ku temui adalah
sepucuk surat cinta dari seorang pangeran yang sedang membuka hatinya bagi setiap
wanita yang mau dan siap menjadi pendamping hidupnya…dengan harapan bahwa bagi
siapa yang mau dan bisa merebut hatiku aku akan setia kepadanya seumur
hidupku…demikian seruan hati sang pangeran. Ketika aku membaca surat itu, aku sangat
bahagia dan berusaha semampu ku untuk menemui pangeran itu. Aku membuat surat
balasan dan menarunya ditempat yang sama. Hari demi hari ku lalui dengan satu
harapan bahwa surat ku akan mendapat balasan. Kini tibalah hari yang telah lama aku
merindukannya, surat cinta ku mendapat balasan ‘aku diterima menjadi permasyurinya’
senang…bahagia….sukacita meliputi hidup ku sepanjang hari. Pada tgl, 22 Oktober 2012
aku disandingnya. Ketika aku masuk dan mengalami kehidupan bersamanya,,,ternyata
sulit bagiku untuk menyesuaikan diri dengan segala aneka aturan yang ada, ternyata
tidak segampang yang aku pikirkan, banyak bebatuan yang tajam dan sulit untuk
dilewati,,,meski sang pangerang ada bersamaku untuk menghibur, menggendong dan
memanjakanku setiap waktu. Inikah yang namanya cinta sejati ?? hari demi hari
kulewati bersama,,,namun tak dipungkiri bahwa tantangan demi tantangan datang silih
berganti mencoba untuk memisahkan ku dari dirinya,,,ku akui bahwa sebagai insan
lemah aku tak mampu melangkah lagi meniti hari-hari bersamanya…namun dalam
kepasrahanku aku mencoba untuk terus bangkit walau tertatih, karena Dialah cinta
sejati ku. Aku berusaha dan berjuang maju terus melangkah hari demi hari karena
cinta sejati menuntut sebuah pengorbanan yang besar,,,dan pengorbanan menuntut
kesetiaan dan kesetiaan menuntut SALIB,,,maka NIAT HATIku adalah “Mengikuti Sang
Pangeran” dengan Senyuman Kasih lewat tugas dan pekerjaan ku walau badai
menerpah. Yesus Engkau Andalan ku.
By Sr. Vero TMM
Tanggal, 11 Maret 2013 tepat pukul 08.30 wit kami satu rombongan yakni : (Bapak Uskup,
Pater Joned Saputra Pr, Sr. Vero Lamere TMM dan om Alo Robubun sang motoris) melaju dengan
Speedboat 85 ‘kendaraan Uskup’ menuju ke Paroki-paroki di Wilayah Pantai Kasuari dalam rangka
kunjungan Pastoral oleh Yang Mulia Bapak Uskup Keuskupan Agats-Asmat, Mgr. Aloysius
Murwito OFM. Menurut rencana, kami akan bermalam di stasi Sagarei untuk pelayanan Misa disana,
tetapi itulah rencana manusia yang kadang kalah meleset dari apa yang sudah direncanakan….
Dalam perjalanan, kira-kira pukul 10.00 wit tiba-tiba speedboat mengalami gangguan mesin.
Sambil terapung-apung di sungai, motoris dibantu oleh pastor Joned kemudian memeriksa dan
membongkar mesin untuk mencari dimana letak kerusakan. Setelah selesai diperbaiki dan dibersikan
dari kotoran, mesin dipasang kembali dan akhirnya bisa berjalan meskipun tidak selancar seperti
semula. Menurut sang motoris, kemungkinan besar ada sesuatu yang tidak beres pada mesin tetapi
tidak tahu persis apa yang menyebabkan sehingga speedboat seperti tidak bertenaga. Dengan penuh
kesabaran, kami melaju ke kampung terdekat. Setibanya kami di kampung Warse, kami turun
kedarat dijemput oleh masyarakat dan menghantar kami menuju ke Jew (rumah bujang) untuk
beristirahat sebentar sambil menunggu mesinnya diperbaiki. Setelah dibongkar dan diperiksa dengan
seksama kemudian diperbaiki tetapi hasilnya sama ‘kata orang Jawa : ‘sami mawon’ akhirnya om Alo
sang motoris menelpon ke Agats supaya segera dibantu, puji Tuhan bahwa saat itu ada signal HP
sehingga komunikasi dengan pihak bengkel keuskupan berjalan lancar. Setelah menunggu sekitar 3
jam akhirnya tekhnisi keuskupan datang. Karena tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan
dengan menggunakan speedboat uskup, maka speedboat dibawa kembali ke Agats, sedangkan kami
harus menunggu di Warse. Karena perbekalan kami ada di speedboat, maka saat itu kami menumpang
di rumah Kepala Sekolah SD YPPK Warse. Disana kami bisa beristirahat sambil menikmati makan
siang dan malam berupa mie rebus (makanan faforit saat pastoral).
Warta Mediatrix Edisi Januari-April 2015 /Hal. 25
Pekerjaan yang paling membosankan adalah ‘menunggu’ dan kami menunggu dengan
penuh kesabaran, akhirnya tepat pukul 20.00 wit speedboat pengganti tiba di Warse. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan menuju Atsj dan berencana bermalam disana supaya esok hari bisa menuju
Sagarei. Dalam kegelapan malam hanya ditemani dan diterangi lampu speedboat dan senter super
terang milik pastor Joned Saputra Pr, kami melaju dengan kecepatan tinggi menuju Atsj yang
biasanya bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Kami melaju dalam kegelapan malam melewati
tanjung demi tanjung menuju Atsj. Kami mengalami kejadian aneh, dimana jalur yang begitu akrab
dengan kami tiba-tiba seperti asing dan membuat kami salah arah. Bukannya menuju Atsj, tetapi
speedboat malah mengarah ke Muara Sungai Siret yang pada saat itu mulai menampakkan keganasan
ombaknya. Karena semakin larut kira-kira jam 23.00, Bapak Uskup mengajak kami mencari tempat
yang aman dan tenang supaya bisa beristirahat, alias bermalam di hutan. Akhirnya kami masuk ke
sungai kecil dan mengikat speedboat di batang pohon. Kami bermalam, tidur beralaskan sandaran
kursi speedboat apa adanya sampai pagi, syukur kepada Sang Pencipta, meskipun sempat hujan deras
dan digoyang ombak, saat itu tidak ada gangguan nyamuk dan buaya, sehingga bisa tertidur walau
tidak senyaman dan seenak yang biasa tetapi tenang dan aman dalam naungan Kasih-Nya. Tepat
pukul 05.45 wit, kami kembali melaju dengan speedboat menuju Atsj, disana kami disambut oleh
Komunitas OSC Atsj yaitu : Fr. Ferdinand OSC, Pater Dedy OSC, Pater Anton OSC, dan Pater
Hary Knol OSC, dengan ramah kami diterima dan dijamu oleh mereka. Melihat gejala alam yang
tidak menentu, akhirnya Bapak Uskup memutuskan supaya kami kembali ke Agats karena beresiko
tinggi melanjutkan perjalanan ke Pantai Kasuari dengan kondisi cuaca yang sangat buruk. Tepat
pukul 10.00 wit, kami melaju dengan speedboat kembali ke Agats dan tiba dengan selamat tanpa
kekurangan suatu apapun walau dilanda ombak yang dasyat dan ganas, angin kencang dan panas
matahari yang semakin menyengat di kulit. Dormomoo and Tuhan Jesus sayang katong samua.
Sekilas info ketika berpastoral di Tanah Lumpur yang penuh Mutiara Indah…Agats,13 Maret 2013
( oleh : Sr. Magdalena Folatfindu TMM )
Saat terindah merenungkan perjalanan panggilan nan suci ini, pantas saya panjatkan
puji syukur kepada Tuhan atas kasih setiaNya yang senantiasa menyertai saya hingga saat ini
dan atas campur tangan-Nya dalam setiap peristiwa hidup saya. Benih panggilan yang Tuhan
taburkan dalam keluarga melalui kedua orangtua saya telah bertumbuh dan berkembang
sampai sekarang. Tak terasa kini 32 tahun saya jalani Hidup Membiara bersama teman
seangkatan dalam panggilan khususnya dan Consuster umumnya.. Masih 8 tahun lagi saya
bersama teman seangkatan akan merayakan 40 Tahun (Panca Windu ) Hidup Membiara.
Dalam perjalanan panggilan selama ini saya sungguh merasakan kebahagiaan batin
yang didasari relasi intens dengan Yesus melalui doa secara pribadi maupun bersama.
Kebahagiaan itu terpancar dalam senyum saya, walau terkadang saya tampakkan senyum
belimbing. Bagi saya pribadi sangat important sangat penting mempunyai kedekatan yang
intens dengan Yesus melalui Perayaan Ekaristi, Adorasi sembah sujud kepada Sakramen Maha
Kudus, doa Kerahiman Ilahi untuk selalu mohon kerahiman Hati Yesus atas segala dosa dan
salah yang saya perbuat dan juga doa-doa yang lain. Jadi intinya hidup kita sebagai seorang
Suster harus dilandasi dengan doa. Dan sebagai seorang Suster TMM yang menyandang nama
Maria harus juga hidup seperti Maria. Yang saya perjuangkan terus menerus adalah berusaha
agar mengikuti contoh dan teladan Bunda Maria yang pasrah pada kehendak Tuhan, rendah
hati, sederhana dan gembira, peka dalam setiap situasi dan peristiwa, suka menghibur,
menolong dan membahagiakan orang lain, positif thingking terhadap orang lain. Saya
sungguh–sungguh merasakan doa saya selalu Yesus kabulkan, Yesus selalu peduli dan campur
tangan dalam setiap peristiwa hidup saya sehingga saya menjalani hidup panggilan ini dengan
cerah ceria dan masih setia sampai saat ini. Namun tidak selamanya saya berjalan di jalan yang
mulus menyenangkan tetapi terkadang mencucurkan air mata melewati jalan yang terjal dan
berliku-liku penuh kerikil-kerikil tajam serta terbentur dinding aneka ragam tantangan dan
kesulitan.
Warta Mediatrix Edisi Januari-April 2015 /Hal. 17
Dalam perjalanan dari waktu ke waktu, saya ingin memaparkan percikan-percikan
pengalaman saya sebagai seorang Suster TMM. Pada saat saya diterima mengikrarkan Kaul
Pertama dalam Tarekat Maria Mediatrix, saya langsung ditempatkan di Komunitas TMM
Ohoinol bersama seorang teman seangkatan yakni Sr. Willibrordi Leftungun TMM. Desa
Ohoinol desa yang kecil mungil tetapi memberikan kebahagiaan dan makna tersendiri bagi saya
secara pribadi dan menggugah hati saya untuk menciptakan sebuah puisi dengan judul
“KEINDAHAN ALAM OHOINOL”. dan dimuat dalam majalah TMM tahun 1982 yang saat itu
nama majalah “GABRIEL”. Alam Desa Ohoinol memang sungguh indah ketika pagi saat saya
meditasi merasa seakan diiringi dengan musik instrumentalia siulan dan kicauan burung nan
merdu yang sedang berterbangan diatas dahan sambil menyaksikan fajar mulai menyingsing di
ufuk Timur, sangat menyenangkan dan memberikan kedamaian batin. Setelah dari Ohoinol saya
dimutasikan ke Langgur untuk tugas belajar, dari Langgur ke Jakarta untuk tugas belajar, dari
Jakarta ke Yogya untuk tugas belajar setelah selesai study dimutasikan ke Ambon langsung
mulai berkarya untuk pertama kali dengan tugas sebagai (Sekpri) Sekretaris Pribadi Uskup
Diosis Amboina Mgr. Andreas Sol MSC tahun 1991 kemudian lanjut sebagai Sekretaris Pribadi
untuk Uskup Baru Mgr. P.C. Mandagi MSC tahun 1994. Pada tahun 1997 Wakil Pemimpin
Umum saat itu Sr. Bernadetha Weleurat TMM meninggal dunia sehingga Sekretaris Tarekat Sr.
Petra Orun TMM dipilih sebagai Wakil Pemimpin Umum dan saya menggantikannya sebagai
Sekretaris Tarekat. Tahun 1999 saya diberi tugas belajar di Jerman di Gothe Institut Schwäbisch
Hall di Stutgart. Setelah kembali ke Indonesia saya ditugaskan sebagai Ekonom Tarekat
beberapa bulan menjelang Kapitel tahun 2001. Tahun 2002 saya ditugaskan bekerja di Crisis
Center Keuskupan Amboina bersama P. Fred Sarkol MSC dan P. Agus Ulahayanan Pr. Tahun
2004 saya ditugaskan membantu Uskup Emeritus Andreas Sol MSC di Perpustakaan Rumphius.
Tahun 2009 saya ditugaskan menemani Pemimpin Umum Sr. Josephina Nurmalay TMM ke
Jerman untuk kedua kalinya. Setelah kembali ke Indonesia tahun 2010 saya dimutasikan ke
Komunitas TMM Agats Papua Selatan dan bertugas sebagai Sekretaris Pribadi Uskup
Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM.
Warta Mediatrix Edisi Januari-April 2015 /Hal. 18
Saya sungguh bahagia dan merasa mendapat banyak berkat karena dalam karya saya
sebagian besar bekerja dengan para Uskup sebagai Sekpri Uskup. Dan tahun 2013 setelah
Kapitel saya ditugaskan untuk membantu di Sekretariat Tarekat oleh Pemimpin Umum Baru Sr.
Margarethis Kelen TMM. Ini sekilas pekerjaan saya selama ini, dan saya selalu punya prinsip
ada tugas ada rahmat sehingga jenis pekerjaan apapun yang ditugaskan atau dipercayakan
kepada saya tidak pernah saya tolak tetapi menerimanya dan melaksanakan dengan sepenuh hati,
sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Bila disimak
pengalaman-pengalaman saya sebagi seorang Suster TMM saya bagi menjadi 3 bagian yakni
pengalaman di taman getsemani, pengalaman di gunung golgotha dan pengalaman di atas
gunung Tabor. Bahwa saya bersyukur pernah mengalami pengalaman mirip pengalaman Yesus
di Getsemani ditinggalkan sendirian menghadapi penderitaan, di golgota pernah mengalami
dicacimaki, dihina, difitna, dilukai, dipukul, diadili bahkan hampir mengorbankan panggilan.
Dalam perjalanan mengarungi samudera luas bersama Yesus dan teman seangkatan sering
menghadapi gelombang yang tinggi dan ombak yang dasyat sampai mengempaskan saya dan
teman-teman jatuh ke dalam laut dan kami menghadapinya dengan gaya kami masing-masing
dan ada seorang teman seangkatan tenggelam hilang menjelang pesta Perak. Walaupun jatuh
bangun silih berganti dalam kehidupan saya bersama teman seangkatan namun, Yesus selalu
memberikan kekuatan bagi saya dan Yesus bersabda “ Jangan takut, Aku menyertai kamu
sampai akhir zaman”. Bila saya mengalami kesulitan dan kesusahan saya hanya
mengungkapkannya kepada Yesus dalam doa saya secara pribadi. Dalam mengikuti Yesus
menjalani panggilan hidupku, banyak pengalaman dan peristiwa yang menyenangkan dan
membahagiakan, pengalaman-pengalaman indah yang saya alami bersama Yesus di atas gunung
Tabor yang membuat saya bahagia dalam panggilan, sehingga Motto Panggilan saya “TUHAN
MEMBUAT SEGALANYA INDAH PADA WAKTUNYA”. Demikian percikan pengalaman
saya sebagai seorang Suster TMM