TAREKAT MARIA MEDIATRIX

PER MARIAM AD JESUM

Archives July 2022

TMM (TAREKAT MARIA MEDIATRIX) KEMBALI BERDUKA

Bagikan kepada teman-teman anda ...

Suster Wilhelmina Ratuanak TMM adalah sosok yang ceriah, murah senyum, lembut, sabar, tenang, disiplin, setia, tekun, tidak pernah membuat susah orang dan welcome kepada siapa saja yang pernah mengenalnya, dalam menjalani hidup panggilan dan tugas perutusannya dalam Tarekat  Maria

Mediatrix. Bertempat di Biara TMM Ave Maria, jalan Poros-Sifnana, Saumlaki Kepulauan Tanimbar, Suster Wilhelmina Ratuanak TMM menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit yang sudah lama diderita. 

Berita DUKA sempat mengguncang segenap anggota Tarekat, karena belum lama ini, TMM masih diliputi rasa duka yang mendalam karena kehilangan anggotanya almarhumah Suster Teresa Da Costa TMM yang belum genap 40 hari. Miris…tapi apa daya, semua terjadi kerena kehendak Dia yang punya kuasa memberi dan mengambil seturut kehendak-Nya,  Ayub Bab 1: 21

Suster Wilhelmina Ratuanak TMM lahir di desa Sifnana, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, pada tanggal, 19 Juli 1947 dari pasangan Liberatus Ratuanak (almarhum) dan Wilhelmina Masela (almarhumah) sebagai anak ke tiga dari tujuh bersaudara. 

Almarhumah suster Weli TMM demikian sapaan akrabnya,  tertarik mengikuti Kristus secara dekat sebagai seorang Biarawati, lahir dari pengalaman iman keluarga yang kemudian ditumbuhkembangkan dan diwujudkan didalam dan melalui Tarekat Maria Mediatrix, dengan motto ‘Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu’. 

Almarhumah menjalani masa pendidikan dalam Tarekat Maria Mediatrix (TMM) di Langgur-Kabupaten Maluku Tenggara. Masa Aspiran dimulai pada tanggal, 16 Agustus 1965, masa Postulan 14 Agustus 1966 dan  masa Novisiat: 1967-1968. Setelah masa pembinaan yang dilalui tahap demi tahap berakhir maka, almarhumah diterima sebagai suster Yunior dalam Tarekat Maria Mediatrix pada tanggal, 15 Agustus 1968 dengan penerimaan MEDALI SANTA PERAWAN MARIA PENGANTARA atau yang lebih dikenal sebagai MEDALI WASIAT,  beliau mengikrarkan Kaul Kekal sebagai Anggota Defenitif dalam Tarekat Maria Mediatrix  pada tanggal, 15 Agustus 1976. Pada tanggal, 15 Agustus 1993 merayakan PESTA PERAK  25 Tahun Hidup Membiara dan pada tanggal, 15 Agustus 2008 merayakan PESTA PANCA WINDU HIDUP MEMBIARA. 

Masa hidupnya dibaktikan kepada Tuhan melalui setiap tugas dan karya pelayanan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab dan setia. Bunda Weli sapaan akrab bagi kerabatnya membawa banyak jiwa mengenal Kristus yang menjadi mempelainya, hal ini terlihat dari kinerjanya selama ini, teristimewa di karya pendidikan. Sebagai  suatu persaudaraan dalam Tarekat Maria Mediatrix, kami sungguh merasa sedih dan kehilangan. Pada moment duka ini, dari hati tulus saya menyampaikan limpah terima kasih dan penghargaan kepada Sr. Wilhelmina Ratuanak TMM atas segala perjuangan dan pengorbananmu, baik lahir maupun batin selama menjalani dan melaksanakan tugas perutusan Tarekat melalui karya pendidikan. 

Sebagai sama saudara dalam TMM, saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah memilih seorang pribadi yang sungguh – sungguh menyadari akan panggilan dan perutusannya sebagai seorang religius TMM. Saya kagum karena beliau begitu mencintai Tarekat dan karya-karya-nya sehingga kapan dan dimanapun diutus, beliau selalu menyatakan kesiap sediannya, sebagai mana yang diteladankan oleh Bunda Maria Pengantara dan Bapa Pendiri Mgr. Joannes Aesrt MSC, ungkap Suster Pemimpin Umum dalam SAMBUTANnya, yang dibacakan oleh Suster Stefani Jaftoran TMM ‘Dewan Pimpinan’ mewakili Pemimpin Umum, pada saat upacara pelepasan jenazah almarhumah Suster Wilhelmina Ratuanak bertempat di Gereja Tri Tunggal Mahakudus-Sifnana, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. 

 

Deritaku adalah SALIB, yang harus dipikul, demi menyilih dosa dan kesalahanku, demikian sepenggal kalimat yang ditulis oleh almarhumah via whatsApp. Bercermin dari Yesus Sang Juruselamat kita, yang mengalami rupa-rupa penderitaan, siksaan, penderaan, fitnahan, pukulan, bahkan di Salibkan hingga Wafat di Kayu Salib. Namun kini bangkit dengan jaya dan mulia duduk di samping Kanan Bapa di Surga. Di penghujung ziarah hidupnya, Suster Wilhelmina TMM, pun turut mengambil sedikit bagian dari derita Yesus, lewat pengalaman sakitnya. Sebagai orang beriman beliau memaknai deritanya sebagai sebuah persembahan diri pada Tuhan yang telah memanggilnya, sehingga dia menerima dengan tenang dan senyuman, ini terlihat dari raut wajahnya. Sebagai orang beriman maka kita percaya bahwa saat ini, Saudari kitapun turut mengalami kebangkitan bersama Yesus dalam kemuliaan Allah, jangan lupa doakan kami yang masih berziarah di bumi ini. Sebagai teman seperjuangan dalam Tarekat Maria Mediatrix, kami tetap mendoakan semoga amal bakti dan kerja kerasmu dilayakan oleh Tuhan dengan ganjaran ‘menerimamu bahagia dalam kerajaan Surgawai’. Dan semoga suster tetap menjadi mediator yang baik demi kemuliaan Tuhan dan demi keluhuran nama Tarekat Maria Mediatrix. Akhirnya…..

Selamat Jalan saudariku tercinta… Doa kami mengiringi perjalananmumu menjumpai Bapa di Surga”. Dan dengan penuh kerendahan hati, kami juga menyampaikan limpah terima kasih kepada Saudari Sr. Wilhelmina Ratuanak TMM atas kesetiaanmu, pengorbananmu dan pengabdian tulusmu kepada Tarekat selama kurang lebih 50 tahun ini. Semoga amal baktimu menghantar-mu,  masuk dalam Surga Abadi. 

Setelah pemberkatan jenazah almarhumah Suster Wilhelmina Ratuanak TMM, oleh RD. Simon Petrus Matruti, kemudian jenazah dihantar ketempat peristirahatannya yang terkahir yakni bertempat di Lokasi Kristus Raja Olilit Timur. 

PUISI UNTUK SR. WILHELMINA

CINTA itu mempertemukan Ku dengan Panggilan Suci.
CINTA itu menyatukan Ku, sampai Kaul Kekal.
CINTA itu memisahkan Ku dalam Tugas Pelayanan.
dan CINTA itu meninggalkan Ku di saat-saat Ulang Tahun-nya
Tapi satu hal yang Ku yakin,
CINTA itu sesalu menguatkan Ku.
Terima Kasih CINTA Ku
Mama Sr.Wilhelmina Ratuanak TMM.


Oleh: Sr Valentina Lamere TMM

Malaikat Kami

Bagikan kepada teman-teman anda ...

       Hidup adalah sebuah perjalanan di antara relasi-relasi. Sebagai orang Katolik, relasi-relasi
yang terjalin antar sesama anak Allah adalah relasi-relasi yang dibangun atas dasar kasih mesrah
yang merupakan cara hidup yang dituntut oleh Yesus sendiri. Relasi kasih itu hendaknya
dijalankan dengan setia, pertama-tama bukan supaya kita memperoleh keuntungan darinya, tetapi
lebih karena ketaatan kepada Allah dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Satu
tuntutan yang harus dipenuhi dalam kaitannya dengan hai itu adalah supaya kita tetap menjaga
relasi itu dengan baik demi keselamatan sesama manusia dan kemuliaan Allah. Karena
sesungguhnya Allah Tritunggal adalah sebuah Comunio atau relasi kasih itu sendiri.
Amanat di atas adalah salah satu dari sekian amanat yang dimandatkan atau yang kami
peroleh dari Sr. Teresa Da Costa TMM. Sebuah pelajaran hidup yang sangat berguna yang
diberikan oleh seorang yang tidak sedarah dengan kami tetapi yang selalu kami sapa Ibu.
Mama Suster atau Oma Suster Tere adalah seorang Ibu yang penuh kasih. Seperti seorang
ibu pada umumnya, beliau sangat mencintai kami anak-anaknya. Beliau mengusahakan apa yang
kami perlukan dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Beliau membangun
relasi dengan orang-orang baik yang peduli akan kehidupan sesamanya, semata-mata untuk kami
anak-anaknya. Beliau tidak mengingat dirinya atau dengan kata lain beliau melupakan dirinya
sendiri, untuk mengabdi Tuhan dalam diri anak-anak yang beliau asuh. Semua tindakan kasihnya
beliau lakukan dalam keserhanaan dan kerandahan hati. Beliau tetap hidup dalam semangat
kesederhanaan karena beliau tahu dengan sangat baik bahwa beliau hanyalah seorang abdi Tuhan
yang bekerja dan memperoleh kekuatan dari Tuhan dan sesama, sehingga beliau tidak memiliki
alasan apapun untuk memegahkan atau menyombongkan diri.
Mama Suster atau Oma Suster Tere juga merupakan seorang TMM sejati yang selalu ingat
akan saudari-saudarinya yang hidup di komunitas lain. Dalam keterbatasan dan
kesederhanaannya, beliau masih selalu menyempatkan diri untuk membantu sesama saudarinya
dengan memberikan sedikit dari apa yang beliau punya. Walaupun sedikit, yang terpenting
adalah kasih yang beliau sertakan dalam pemberian itu. beliau tidak pernah egois atau ingat diri
sendiri. Beliau juga sangat peduli akan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Para tetangga, para
pengurus RT dan RW, tukang becak, para pemungut sampah, dan orang-orang kecil lainnya
beliau perhatikan dan beliau salurkan kasih Tuhan melalui pemberian yang sederhana. Seperti
MGR. Joannes Aerts yang tidak ingat akan keselamatan dirinya sendiri, tetapi hidup untuk orang
lain, Mama Suster Tere pun melakukan hal yang sama. Dengan semua tindakan atau kenyataan
ini, beliau patut disebut sebagai Putri Joannes Aerts yang sejati.
Mama Suster atau Oma Suster Tere dalam menjalani misi Tarekat, beliau memperoleh
banyak tantangan dan kesulitan, baik dari orang lain maupun orang yang dekat dengannya.
Tetapi semuanya itu tidak menjadikannya putus asa dan patah semangat. Beliau memandang
semuanya itu sebagai salib yang Tuhan berikan padanya. Salib hidup yang jika dipanggulnya
dalam kesetiaan, akan mengantarnya kepada kemuliaan Tuhan. Salib itu semakin berat ketika
beliau harus menghadapi kenyataan bahwa sebuah penyakit ganas bersarang di tubuhnya. Tetapi
karena cinta kepada Tuhan, Tarekat, dan sesama, beliau tidak menyerah dan tetap berjuang.
Beliau juga tidak mau menyusahkan orang lain, sehingga penyakitnya itu beliau simpan dalam
hati dan beliau renungkan serta beliau terima sebagai salib.
Salib itu semakin berat dan semakin dekat dengan kemuliaan Tuhan ketika beliau harus
masuk ke Rumah Sakit guna melakukan operasi untuk mengangkat penyakitnya itu. operasi
dilakukan dua kali dengan kondisi yang tidak stabil. Setelah operasi kedua, beliau sempat
beristirahat di biara selama kurang lebih satu bulan dan kemudian dilarikan lagi ke ICU karena
kondisi yang semakin melemah. Selama seminggu beliau dirawat di RS sebelum akhirnya meliau
menghadap Tuhan dalam kemuliaan. Selama masa-masa sakitnya, beliau masih sempat
membantu banyak orang. Beliau juga memperoleh perhatian dari banyak orang. Hal ini
menunjukkan bahwa beliau adalah orang baik, orang sederhana, orang renda hati yang dekat
dengan sesama, mencintai sesama.
Beliau melakukan semuanya itu karena ketaatannya terhadap Tarekat sebagai bentuk
ketaatan kepada Tuhan dan penghargaan kepada sesama.
Banyak pelajaran-pelajaran baik yang kami anak-anaknya peroleh dari malaikat kami ini,
yakni ‘harus selalu mencintai Tuhan dan sesama’, ‘tidak ada orang yang hidup untuk dirinya
sendiri tetapi hidup untuk orang lain’, ‘tetap hidup sederhana karena Tuhanlah yang memberikan
segala yang kami perlukan melalui orang-orang baik yang mau membantu’, ‘tetap harus berjuan
walaupun situasi semakin sulit’, ‘tetap tersenyum dalam segala situasi” dan ‘harus tetap setia
mamanggul salib yang Tuhan berikan’.
Mama Suster atau Oma Suster adalah Malaikat yang Tuhan kirim untuk melayani anakanak yang Tuhan sendiri titip padanya. Beliau bagi kami adalah malaikat baik, ibu yang penuh
kasih, sahabat setia, teman perjalanan, penolong yang rendah hati, Suster yang sederhana,
manusia dengan senyum termanis, TMM setia, dan Putri Joannes Aerts sejati.


Senyum Itu Kini T’lah Tiada


Kepergianmu menorehkan sejuta goresan luka pada setiap dinding hati yang
mengenalmu.
Kami pun belum bisa memahami arti kepergianmu.
Perjalanan masih teramat panjang, namun engkau telah mengakhirinya dalam
dekapan penderitaan yang singkat.
Tuhan berada dalam dekapanmu dan engkau berada dalam dekapan-Nya kala
waktu merenggutmu dari dunia fana ini.
Senyum itu kini t’lah tiada.
Engkau pergi untuk selamanya dan tak’kan kembali lagi hingga kita bersua nanti
di keabadian.
Doakan kami selalu dalam tatapan sunyimu di hadapan sang Hakim.
Maafkan kami jika dalam tatap dan sapa, ada salah yang menyakitimu.
Pemilik senyum manis, bahagialah bersama Tuhan kita.
Tetaplah tersenyum dari surga-Nya untuk kami yang masih dalam peziarahan.
By. Fr. Jiro SVD

Kirim Pesan
1
Tarekat Maria Mediatrix
Halo. Selamat datang di Tarekat Maria Mediatrix.
Ada yang bisa kami bantu?