TMM (TAREKAT MARIA MEDIATRIX) KEMBALI BERDUKA
Suster Wilhelmina Ratuanak TMM adalah sosok yang ceriah, murah senyum, lembut, sabar, tenang, disiplin, setia, tekun, tidak pernah membuat susah orang dan welcome kepada siapa saja yang pernah mengenalnya, dalam menjalani hidup panggilan dan tugas perutusannya dalam Tarekat Maria
Mediatrix. Bertempat di Biara TMM Ave Maria, jalan Poros-Sifnana, Saumlaki Kepulauan Tanimbar, Suster Wilhelmina Ratuanak TMM menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit yang sudah lama diderita.
Berita DUKA sempat mengguncang segenap anggota Tarekat, karena belum lama ini, TMM masih diliputi rasa duka yang mendalam karena kehilangan anggotanya almarhumah Suster Teresa Da Costa TMM yang belum genap 40 hari. Miris…tapi apa daya, semua terjadi kerena kehendak Dia yang punya kuasa memberi dan mengambil seturut kehendak-Nya, Ayub Bab 1: 21
Suster Wilhelmina Ratuanak TMM lahir di desa Sifnana, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, pada tanggal, 19 Juli 1947 dari pasangan Liberatus Ratuanak (almarhum) dan Wilhelmina Masela (almarhumah) sebagai anak ke tiga dari tujuh bersaudara.
Almarhumah suster Weli TMM demikian sapaan akrabnya, tertarik mengikuti Kristus secara dekat sebagai seorang Biarawati, lahir dari pengalaman iman keluarga yang kemudian ditumbuhkembangkan dan diwujudkan didalam dan melalui Tarekat Maria Mediatrix, dengan motto ‘Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu’.
Almarhumah menjalani masa pendidikan dalam Tarekat Maria Mediatrix (TMM) di Langgur-Kabupaten Maluku Tenggara. Masa Aspiran dimulai pada tanggal, 16 Agustus 1965, masa Postulan 14 Agustus 1966 dan masa Novisiat: 1967-1968. Setelah masa pembinaan yang dilalui tahap demi tahap berakhir maka, almarhumah diterima sebagai suster Yunior dalam Tarekat Maria Mediatrix pada tanggal, 15 Agustus 1968 dengan penerimaan MEDALI SANTA PERAWAN MARIA PENGANTARA atau yang lebih dikenal sebagai MEDALI WASIAT, beliau mengikrarkan Kaul Kekal sebagai Anggota Defenitif dalam Tarekat Maria Mediatrix pada tanggal, 15 Agustus 1976. Pada tanggal, 15 Agustus 1993 merayakan PESTA PERAK 25 Tahun Hidup Membiara dan pada tanggal, 15 Agustus 2008 merayakan PESTA PANCA WINDU HIDUP MEMBIARA.
Masa hidupnya dibaktikan kepada Tuhan melalui setiap tugas dan karya pelayanan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab dan setia. Bunda Weli sapaan akrab bagi kerabatnya membawa banyak jiwa mengenal Kristus yang menjadi mempelainya, hal ini terlihat dari kinerjanya selama ini, teristimewa di karya pendidikan. Sebagai suatu persaudaraan dalam Tarekat Maria Mediatrix, kami sungguh merasa sedih dan kehilangan. Pada moment duka ini, dari hati tulus saya menyampaikan limpah terima kasih dan penghargaan kepada Sr. Wilhelmina Ratuanak TMM atas segala perjuangan dan pengorbananmu, baik lahir maupun batin selama menjalani dan melaksanakan tugas perutusan Tarekat melalui karya pendidikan.
Sebagai sama saudara dalam TMM, saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah memilih seorang pribadi yang sungguh – sungguh menyadari akan panggilan dan perutusannya sebagai seorang religius TMM. Saya kagum karena beliau begitu mencintai Tarekat dan karya-karya-nya sehingga kapan dan dimanapun diutus, beliau selalu menyatakan kesiap sediannya, sebagai mana yang diteladankan oleh Bunda Maria Pengantara dan Bapa Pendiri Mgr. Joannes Aesrt MSC, ungkap Suster Pemimpin Umum dalam SAMBUTANnya, yang dibacakan oleh Suster Stefani Jaftoran TMM ‘Dewan Pimpinan’ mewakili Pemimpin Umum, pada saat upacara pelepasan jenazah almarhumah Suster Wilhelmina Ratuanak bertempat di Gereja Tri Tunggal Mahakudus-Sifnana, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Deritaku adalah SALIB, yang harus dipikul, demi menyilih dosa dan kesalahanku, demikian sepenggal kalimat yang ditulis oleh almarhumah via whatsApp. Bercermin dari Yesus Sang Juruselamat kita, yang mengalami rupa-rupa penderitaan, siksaan, penderaan, fitnahan, pukulan, bahkan di Salibkan hingga Wafat di Kayu Salib. Namun kini bangkit dengan jaya dan mulia duduk di samping Kanan Bapa di Surga. Di penghujung ziarah hidupnya, Suster Wilhelmina TMM, pun turut mengambil sedikit bagian dari derita Yesus, lewat pengalaman sakitnya. Sebagai orang beriman beliau memaknai deritanya sebagai sebuah persembahan diri pada Tuhan yang telah memanggilnya, sehingga dia menerima dengan tenang dan senyuman, ini terlihat dari raut wajahnya. Sebagai orang beriman maka kita percaya bahwa saat ini, Saudari kitapun turut mengalami kebangkitan bersama Yesus dalam kemuliaan Allah, jangan lupa doakan kami yang masih berziarah di bumi ini. Sebagai teman seperjuangan dalam Tarekat Maria Mediatrix, kami tetap mendoakan semoga amal bakti dan kerja kerasmu dilayakan oleh Tuhan dengan ganjaran ‘menerimamu bahagia dalam kerajaan Surgawai’. Dan semoga suster tetap menjadi mediator yang baik demi kemuliaan Tuhan dan demi keluhuran nama Tarekat Maria Mediatrix. Akhirnya…..
“Selamat Jalan saudariku tercinta… Doa kami mengiringi perjalananmumu menjumpai Bapa di Surga”. Dan dengan penuh kerendahan hati, kami juga menyampaikan limpah terima kasih kepada Saudari Sr. Wilhelmina Ratuanak TMM atas kesetiaanmu, pengorbananmu dan pengabdian tulusmu kepada Tarekat selama kurang lebih 50 tahun ini. Semoga amal baktimu menghantar-mu, masuk dalam Surga Abadi.
Setelah pemberkatan jenazah almarhumah Suster Wilhelmina Ratuanak TMM, oleh RD. Simon Petrus Matruti, kemudian jenazah dihantar ketempat peristirahatannya yang terkahir yakni bertempat di Lokasi Kristus Raja Olilit Timur.
PUISI UNTUK SR. WILHELMINA
CINTA itu mempertemukan Ku dengan Panggilan Suci.
CINTA itu menyatukan Ku, sampai Kaul Kekal.
CINTA itu memisahkan Ku dalam Tugas Pelayanan.
dan CINTA itu meninggalkan Ku di saat-saat Ulang Tahun-nya
Tapi satu hal yang Ku yakin,
CINTA itu sesalu menguatkan Ku.
Terima Kasih CINTA Ku
Mama Sr.Wilhelmina Ratuanak TMM.
Oleh: Sr Valentina Lamere TMM